Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Pages

Sabtu, 27 Agustus 2011

kda tahu jua nah

Justru Tak Banyak Godaan
Banjarmasinpost.co.id - Kamis, 18 Agustus 2011 | 01:25 Wita | Dibaca 144 kali | Komentar (0)
example2 Foto:IST
alamsyah
IMPIAN Alamsyah bisa kuliah ke luar negeri akhirnya terwujud. Pada 2001 saat dia menjadi guru SMPN 2 Banjarbaru itu mendapat kesempatan kuliah di Amerika Serikat.
Alamsyah yang kini menjabat sebagai Kepala SDN Idaman RSBI itu kuliah di West Texas A&M University, Canyon, Texas.
 
Awalnya dia tinggal di dormitory ( asrama ) sekitar satu bulan. Namun dia kebingungan untuk cari makan yang halal dan ingin masak sendiri akhirnya memutuskan tinggal di apartemen.
 
Canyon adalah sebuah kota kecil di pinggiran kota Amarillo yang merupakan daerah pegunungan di mana banyak terdapat peternakan kuda dan
sapi.
 
Kalau anda membayangkan film koboi atau Indian di masa lalu sepertiitulah kurang lebih kondisi kotanya. Di Texas untuk mendapatkanmakanan yang berlabel halal harus ke kota yang agak besar seperti Dallas, Amarillo, Houston atau yang lainnya. 
 
Di Canyon dia hanya berbelanja buah-buahan, sayuran, susu dan keperluan rumah tangga lainnya, tapi untuk urusan bumbu dapur, beras, dan ikan saya tiap minggu belanja ke toko orang Asia seperti Cina, Thailand, atau Vietnam ke kota Amarillo sekitar satu jam perjalanan menggunakan mobil.
 
Alamsyah pun akhirnya menemui Ramadan di negeri orang. Puasa di Texas, Amerika lebih lama empatn jam dibanding di Indonesia. 
 
Jadi harus lebih sabar tapi tak masalah karena godaan dari segi makanan  tak ada,” beber Alamsyah.
 
Di Amerika tidak ada warung sakadup atau warung makan yang terbuka sehingga bau makanannya tercium harum bikin kita lapar. Merokok juga pada tempat khusus saja, yang belipun harus cukup umur.
 
“Tinggal masalah fisik saja karena anginnya cukup keras dan kering jadi tidak menyejukan jika berada di luar apartemen, kulitnya rasanya terbakar.
 
Hal yang paling berkesan bagi dia, ketika dia mengatakan sedang puasa kepada teman-teman di kampus. Mereka sangat antusias bertanya bagaimana bisa menahan makan dan minum dari pagi sampai sore.
 
“Bahkan mereka mengajak saya ke salah satu restoran cuma untuk menunggu saya berbuka dan mereka juga ikut tidak makan dulu. Begitu saya mulai berdoa dan minum. Mereka bertanya darimana kamu tahu boleh makan dan minum. Saya jawab waktu di jam tangan saya sudah sampai untuk berbuka alias sudah saatnya Magrib,” katanya.
 
Lalu bagaimana dengan sahur. Hal pertama dilakukan mengandalkan alarm jam digital. Selanjutnya berkomunikasi dengan teman muslim yang ada.
 
“Istilah kita di sini bagarakan sahur. Alhamdulillah di sana juga ada perkumpulan mahasiswa muslim, memang jumlahnya tidak banyak hanya sebelas orang dan kami difasilitasi universitas,” kata Aliansyah. (ris)

0 komentar:

Posting Komentar